Stop Memberi Ujaran Kebencian


Zaman yang dimana akses internet semakin maju dan berkembang melahirkan sisi yang baik dan buruk. Sisi baiknya, manusia dipermudah untuk menggali informasi dari berbagai sumber dan sudut pandang. Sisi buruknya banyak manusia media sosial yang memanfaatkan komunikasi tanpa tatap muka sebagai ajang menyebar ujaran kebencian (hate speech) pada orang lain atau kelompok tertentu. 

Dalam pengertiannya, hate speech adalah sebuah ancaman yang mengekspresikan prasangka terhadap kelompok tertentu.  Hate speech bisa saja tidak hanya merugikan kepentingan individu. Namun, juga dapat menyangkut ras, agama, dan kepentingan kelompok lainnya. 

Sejauh pengamatanku sebagai remaja yang aktif menggunakan media sosial, kebanyakan orang melakukan ujaran kebencian atas dasar asumsi pribadi mereka. Sehingga terkadang tidak didasari argumen atau bukti. Apalagi bagi anak muda yang belum stabil kondisi emosionalnya, hate speech adalah suatu hal yang “lumrah” mereka lakukan. 

Dampak dari hate speech sendiri tidak dapat disepelekan. Banyak korban yang depresi atau buruknya memilih bunuh diri akibat menerima ujaran kebencian di media sosial. 

Dilihat dari buruknya hate speech maka blogpost hari ini aku ingin membagikan sedikit tips yang mungkin saja berguna untuk mencegah kamu melakukan ujaran kebencian di zaman freedom of speech ini. 

Cara agar menghindari memberi ujaran kebencian di media sosial (based on my own tips)

1.Think twice 
Sebelum berujar atau berkomentar di media sosial, kamu harus sadar betul value dari apa yang mau kamu ketik. Apalagi jika ingin berkomentar pada orang yang tidak kamu tahu benar kehidupannya di dunia nyata. Jangan hanya sekedar membuat asumsi lalu melayangkan hate speech begitu saja. Jika kamu sedang memiliki emosi tidak stabil pun, sebaiknya berhenti sejenak dari kegiatan ber-medsos. 

2. Melakukan tindakan preventif (unfollowing/block)
Mungkin seringkali, with or without reason, kita tidak menyukai orang orang tertentu di media sosial. Itu sebenarnya hal yang wajar dan sah sah saja. Hal yang tidak baiknya itu jika kita melakukan hate speech dan perundungan terhadap orang orang yang tidak kita suka. Maka jika kamu sedang atau akan mengalaminya, sebagai tindakan preventif, lebih baik unfollow orang orang tersebut. Sebab selain akan memicu kamu melakukan hate speech, based on my experience, biasanya itu juga akan berdampak pada mental juga (if you keep following).

Namun, seringkali aku melihat bahwa unfollowing dinilai tindakan yang kurang sopan oleh warganet. Padahal  menurutku tindakan unfollowing itu sesuatu yang lebih baik daripada memperburuk mental atau melakukan hate speech jika tetap mengikuti orang orang yang tidak kita sukai di media sosial. 

3. Menerima diri sendiri
Berdasarkan pengalaman dan pengamatanku, seseorang yang mencemooh orang lain di media sosial (terlebih mengomentari fisik seseorang) itu disebabkan kurangnya rasa mencintai dan menerima diri sendiri. Kalau diterjemahkan dengan bahasa masa kini, orang orang yang insecure seperti itu merepresentasikan insecurities terhadap tubuh mereka dengan “mengejek” tubuh seseorang. Maka dari itu, jika ingin berhenti mengomentari fisik orang lain maka mulai lah dari menerima fisik diri sendiri. 

4. Fokus pada hal hal yang lebih bermanfaat (dan tidak memedulikan hal hal yang tidak berguna)
Tentu saja tindakan menyebar ujaran kebencian itu tidak ada faedahnya. Sebab hate speech tidak sama dengan memberikan kritik. Maka dari itu, fokuslah pada hal hal yang bermanfaat dan membuatmu berkembang daripada melakukan hal buruk di media sosial. 

5. Berlatih lebih toleransi pada perspektif dan kehidupan orang lain. 
Dalam media sosial mungkin sering dari kita menemukan orang orang yang punya prinsip dan perpektif yang kontras. Namun, hal tersebut jangan dijadikan alasan untuk menghujat hanya karena menurut pandangan kita perspektif mereka buruk. Justru, dari pandangan orang yang berbeda tersebut kita bisa mempelajari cara berpikir yang baru. 

Jika tetap tidak bisa setuju dengan perspektif tersebut maka kamu bisa menerapkan toleransi dan menerima pendapat mereka. Asal tidak bersebrangan dengan hukum , HAM atau sains perspektif yang saling berbeda itu tidak masalah, bukan?

Comments

Popular Posts