Millenial kritis bukan apatis


Bagi kalian para remaja, pernah gak sih merasa disepelekan opini ataupun perspektif nya oleh orang dewasa? Atau mungkin kegiatan peduli isu sosial atau lingkungan yang tengah kalian gerakkan?

Kita remaja, seringkali masih dianggap oleh society sebagai manusia apatis, tidak berpikiran kritis, egois, ataupun materialis. Statement tersebut didukung survei dari Ipsos MORI (perusahaan konsultan) yang menanyai 18 ribu lebih responden tentang pendapat mereka terhadap generasi millenial. Responden tersebut terdiri dari orang dewasa dan generasi millenial itu sendiri. Hasilnya, 45% dari responden berpendapat bahwa generasi millenial termasuk orang yang materialis. Disusul 39% responden berpendapat bahwa generasi millenial termasuk generasi yang egois. 

Namun apakah benar pendapat dari sejumlah responden tersebut? Menilik dari pengamatan seadanya yang aku lakukan terhadap teman sebaya yang tidak lain adalah generasi millenial, pendapat tersebut sebagian benar. Namun, opini yang diutarakan tidak seharusnya digeneralisasi terhadap setiap generasi millenial. Tentunya, menurut pendapatku hanya sebagian kecil dari remaja yang benar benar apatis. 

Permasalahan pelik yang menyebabkan remaja cenderung tutup mulut seolah acuh karena kita tak diberi ruang dan waktu. Kita dipaksa hanya mendengar dan menerima sedari kecil. Jarang ada wadah bagi remaja, secara formal dan menyeluruh, untuk menyuarakan aspirasi dan pandangan kritis mereka terhadap suatu hal. 

Dulu, alasan inilah yang membuatku sangsi untuk speak up terhadap hal hal yang menurutku rasional dan benar. Aku takut dianggap atas segala ‘sok’ yang dilontarkan oleh lingkungan masyarakat disekitarku.  Namun, bukan berarti atas keterbatasan media dalam dunia nyata untuk menyalurkan aspirasi dan opini membuatku patah semangat. Setelah aku menemukan blog dan memanfaatkan beberapa platform media sosialku, aku merasa lebih berani untuk speak up terhadap isu isu yang menjadi konsenku. Seperti mental health, gender equality, kekerasan terhadap perempuan, hak anak, dan masih banyak lagi. 

Seiring aku beranjak sebagai remaja saat ini, membuatku menyadari bahwa banyak sekali remaja dan anak muda yang sudah peduli terhadap isu isu sosial bahkan politik. Remaja mulai berbondong bondong memberi perubahan bagi lingkungan sosial mereka dengan sesuatu yang mereka mampu dan inginkan. Sebagai contoh, terbentuknya Forum Anak. Wadah bagi anak dan remaja untuk menampung segala aspirasi dan ide mereka sesuai dengan hak dan kebutuhan mereka. Forum Anak ini dibina oleh Pemerintah RI melalui Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 

Sebagai tunas muda bangsa, seharusnya kita juga diberi ruang dan akses untuk menyuarakan opini dan perpektif kita. Tidak oleh didirikannya beberapa forum saja. Namun, bukan berarti kita hanya melihat dari pojok terhadap isu isu yang sedang marak terjadi. Sebagai penerus bangsa kita harus berpikir kritis, peduli, dan menyuarakan kebenaran yang kita yakini. Dan berikut cara yang menurutku mampu remaja lakukan untuk dapat menyuarakan opini.

1. Membuat blog atau youtube channel

Sebenarnya bukan hanya platform seperti blog atau youtube saja yang bisa dijadikan media kita untuk speak up. Medsos seperti instagram ataupun twitter, yang sangat ini sedang digandrungi, juga bisa menjadi pilihan. Asalkan kita punya media untuk berbicara, platform apapun tentu tidak jadi masalah.

2. Ikuti forum atau organisasi

Dengan mengikuti forum remaja ataupun organisasi, baik di sekolah ataupun di luar, membuat kita bisa berpikiran dengan lebih terbuka dan tidak menutup kemungkinan bisa dijadikan media untuk speak up. Kita juga bisa mengadakan event yang menurut pandangan kita bisa membangkitkan sikap kritis remaja millenial saat ini. Jadi, kita juga bisa menyebarkan positive vibes terhadap remaja millenial yang lain.

Meskipun hanya memberikan sedikit tips dan pandanganku terhadap topik ini. Semoga ini bisa berguna untuk kalian yang sedang takut menyuarakan opini yang kalian anggap benar.

sumber : 



Comments

Popular Posts