Ruang Perempuan | Hijab bukan paksaan

Suatu kali aku scrolling di Instagram, aku menemukan banyak banget akun balita perempuan berhijab. Di akun akun tersebut hampir seluruh post feeds Instagram mereka, para balita tersebut mengenakan hijab. 

Sebenarnya aku tak mempermasalahkan orang tua yang memakaikan anaknya hijab sejak bayi. Namun, yang membuatku tidak setuju bagaimana proses orang tua dalam memerintah anak perempuannya berhijab.  Berdasarkan pengalaman yang pernah aku lihat, orang tua si anak tidak mengajarkan dengan benar persoalan berhijab ini kepada anak perempuannya.Mereka cenderung memaksa ketimbang mengajari persoalan kewajiban menutup aurat ini kepada anak perempuannya.

Sebab, suatu waktu aku pernah mendengar seorang ibu yang membawa anak perempuannya yang masih balita di suatu tempat. Anak tersebut berniat menarik hijabnya karena merasa gerah. Namun orang tua anak tersebut berucap “Malu, dong, kalau hijabnya dilepas. Pakai ya” sambil orang tua tersebut memakaikan kembali anaknya jilbab. 

Mereka hanya mengajarkan anak perempuannya untuk berhijab sekedar atas rasa malu jika tidak pakai atau ingin membiasakan anaknya memakai jilbab sejak kecil. Namun di lain sisi, mereka memaksa anak perempuannya untuk berhijab tanpa excuse apapun. Sejak kecil, anak hanya diajarkan orang tuanya paksaan dalam menjalankan perintah Tuhan tanpa melihat sisi keindahan dari perintah Tuhan tersebut. Mereka bahkan masih terlalu kecil untuk mengerti dan melaksanakan kewajiban beragama. 

Dan yang membuat aku miris lagi adalah adanya tren jilbabisasi yang seolah mengukur kadar keimanan seorang perempuan dari seberapa ‘baik’ dirinya memakai pakaian. Perempuan  yang berpakaian belum syar’i menurut pandangan masyarakat maka akhlaknya kurang. Padahal, berdasarkan pengamatanku masih banyak perempuan yang belum memakai jilbab tapi rajin beribadah. Atau yang jilbabnya belum menutup dada namun bersemangat mempelajari agama. 

Tapi jaman sekarang, perempuan dipaksa harus memakai jilbab dulu tanpa mengerti dasarnya, dalilnya, atapun alasan mengapa Allah memerintahkan perempuan berjilbab. Dan menurutku melaksanakan perintah Allah itu harusnya ada niat dari hati dan mengerti dasar dari perintah Allah. Bukan serta merta karena adanya ‘tradisi’ beribadah sejak dahulu.

"Jaman sekarang perempuan dipaksa harus memakai jilbab dulu tanpa mengerti dasarnya, dalilnya, ataupun alasan mengapa Allah memerintahkan perempuan berjilbab"

Hal ini juga dapat disangkupautkan pada masalah pelecehan atau kekerasan seksual yang saat ini masih belum surut terjadi. Mayoritas masyarakat cenderung menilai bahwa  kasus kekerasan seksual terjadi sebab pakaian atau perilaku korban dianggap tidak sopan. Padahal menurut survei dari Koalisi Ruang Publik Aman menyatakan 17% korban pelecehan seksual mengenakan pakaian yang tertutup.  Hal tersebut jelas dapat mematahkan asumsi masyarakat terhadap kasus pelecehan seksual yang dinilai merugikan korban. 

Seharusnya kita sebagai manusia, terutama perempuan dapat menghargai apapun yang perempuan lain lakukan atau pakaian yang mereka kenakan. Asalkan tidak menganggu masyarakat, manusia bebas untuk menentukan pilihan mereka. Dan terutama kita sebagai perempuan seharusnya saling mendukung perempuan lain ketika mengalami kekerasan seksual. Bukan malah menjudge korban atas pakaian mereka. Dan lagi, hijab adalah suatu kenikmatan Allah yang diberikan kepada hambanya, bukan paksaan yang membuat perempuan terintimidasi. Pemakaian jilbab oleh perempuan harus datang dari hati nurani dan tanpa adanya rasa terpaksa. 

Comments

Popular Posts